Menikah.
Satu kata yang kukira tidak secepat ini akan aku rasakan, tapi disinilah kami sekarang-pada tanggal ini- memutuskan untuk menikah dan memulai semuanya dengan baru.
Tidak ada yang kusesali, aku bahagia dan semua orang bahagia, itu yang terpenting sekarang.
Hari-hari sebelum menikah kalau kata orang sih “riweuh shayy” dan memang bener. Mulai dari mempersiapkan data untuk capil, gaun pengantin, dekor, dan semua vendor. Tapi pernikahan kami bisa terlaksana dengan khidmat, bersahaja, sederhana (walaupun tetep agak messy di hari H) dan menyenangkan.
Ada banyak sekali orang-orang yang berjasa dalam terwujudnya pernikahan kami, mulai dari saudara saudari seiman, kerabat dan teman terdekat, mama, semuanya. Semuanya baik sekali. Tanpa mereka ini semua tidak akan terjadi dengan sempurna.
Papii adalah penatua yang kami pilih untuk menjadi pengkhotbah di hari istimewa kami. Alasan utamanya, karena kami menyayanginya dan tidak ada yang mengenalku sangat dalam seperti papi mengenalku. Khotbahnya sangat menyentuh, aku hampir menangis sewaktu ia mengatakan “anakku”. Love him so much.
Hai ma, mama terhebat sepanjang masa, sepanjang hidupku, dan wanita terkuat. Terima kasih untuk upaya besarnya selama ini, ini semua untuk mama. Aku sangat menyayangimu.
Mama sangat berjasa untuk mengatur semuanya, kami memutuskan untuk menikah di rumah, jadi mama mendandani rumah dengan sepenuh hati dan segala upaya. Mulai dari cat rumah, perbaiki plafon (dibantu oleh orang-orang hebat lainnya), gaun pengantin, semuanya. Mama berjasa untuk semuanya.